Daoed
Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok
yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan
(sivic mission). Jika dikaitkan pembahasan tentang
kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika,
tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.
Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi
ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum
diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak.
Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat
memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya.
Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi
diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri
sendiri.
Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka
pengertian bahwa manusia hidup dalam satu unit organik dalam keseluruhan
integralitasnya seperti yang telah digambarkan di atas. Hal
ini berarti bahwa tugas pertama dan kedua harus dilaksanakan
secara menyeluruh dan terpadu. Guru seharusnya dengan melalui pendidikan
mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir atau
penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara
kreatif dalam
proses transformasi kebudayaan ke arah keadaban demi perbaikan
hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat di mana dia hidup.
Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga
negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah
digariskan oleh bangsa dan negara lewat UUD 1945 dan GBHN.
Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam
kesatuan organis
harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam
kelas saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator,
motivator dan dinamisator pembangunan tempat di mana ia bertempat
tinggal.
Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru
harus memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa
sekarang dan masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan
praktek-praktek komunikasi. Pengetahuan yang kita berikan kepada anak
didik harus mampu membuat anak didik itu pada akhimya mampu memilih
nilai-nilai hidup yang semakin komplek dan harus mampu membuat anak
didik berkomunikasi dengan sesamanya di dalam masyarakat, oleh karena
anak didik
ini tidak akan hidup mengasingkan diri. Kita mengetahui cara
manusia berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya melalui bahasa
tetapi dapat juga melalui gerak, berupa
tari-tarian, melalui suara (lagu, nyanyian), dapat melalui warna
dan
garis-garis (lukisan-lukisan), melalui bentuk berupa ukiran, atau
melalui
simbul-simbul dan tanda tanda yang biasanya disebut rumus-rumus.
Jadi nilai-nilai yang diteruskan oleh guru atau tenaga
kependidikan dalam rangka melaksanakan tugasnya, tugas profesional,
tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan, apabila diutarakan sekaligus
merupakan pengetahuan, pilihan hidup dan praktek komunikasi. Jadi
walaupun pengutaraannya berbeda namanya, oleh karena dipandang
dari sudut guru dan dan sudut siswa, namun yang diberikan itu
adalah nilai yang sama, maka pendidikan tenaga kependidikan pada umumnya
dan guru pada khususnya sebagai
pembinaan prajabatan, bertitik berat sekaligus dan sama beratnya
pada tiga hal, yaitu melatih mahasiswa, calon guru atau calon tenaga
kependidikan untuk mampu menjadi guru atau tenaga kependidikan
yang baik, khususnya dalam hal
ini untuk mampu bagi yang bersangkutan untuk melaksanakan tugas
profesional.
Selanjutnya,
pembinaan prajabatan melalui pendidikan guru
ini harus mampu mendidik mahasiswa calon guru atau calon tenaga
kependidikan untuk menjadi manusia, person (pribadi) dan tidak hanya
menjadi
teachers (pengajar) atau (pendidik) educator, dan
orang
ini kita didik untuk menjadi manusia dalam artian menjadi makhluk
yang berbudaya. Sebab kebudayaanlah yang membedakan makhluk manusia
dengan makhluk hewan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa hewan berbudaya,
tetapi kita dapat mengatakan bahwa makhluk
manusia adalah berbudaya, artinya di sini jelas kalau yang pertama
yaitu training menyiapkan
orang itu menjadi guru, membuatnya menjadi terpelajar, aspek yang
kedua mendidiknya menjadi manusia yang berbudaya, sebab sesudah
terpelajar tidak dengan sendininya orang menjadi berbudaya, sebab
seorang yang dididik dengan
baik tidak dengan sendininya menjadi manusia yang berbudaya.
Memang lebih mudah membuat manusia itu berbudaya kalau ia terdidik atau
terpelajar, akan tetapi orang yang terdidik dan terpelajar tidak dengan
sendirinya berbudaya. Maka mengingat pendidikan ini sebagai pembinaan pra jabatan yaitu di satu pihak mempersiapkan
mereka untuk menjadi guru dan di lain pihak membuat mereka menjadi manusia dalam artian manusia berbudaya, kiranya
perlu dikemukakan mengapa guru itu harus menjadi rnanusia berbudaya. Oleh kanena pendidikan merupakan bagian
dari kebudayaan; jadi pendidikan dapat berfungsi melaksanakan hakikat
sebagai bagian dari kebudayaan kalau yang melaksanakannya juga berbudaya.
Untuk menyiapkan guru yang juga manusia berbudaya ini tergantung 3 elemen
pokok yaitu :
- Orang yang disiapkan menjadi guru
ini melalui prajabatan (initial training) harus mampu
menguasai
satu atau beberapa disiplin ilmu yang akan diajarkannya di
sekolah melalui jalur pendidikan, paling tidak pendidikan formal. Tidak
mungkin seseorang dapat dianggap sebagai guru atau tenaga kependidikan
yang baik di
satu bidang pengetahuan kalau dia tidak menguasai pengetahuan
itu dengan baik.
Ini bukan berarti bahwa seseorang yang menguasai ilmu
pengetahuan dengan baik dapat menjadi guru yang
baik, oleh karena biar bagaimanapun mengajar adalah seni.
Tetapi sebaliknya biar bagaimanapun mahirnya orang menguasai seni
mengajar
(art of teaching), selama ia tidak punya sesuatu yang akan diajarkannya tentu ia tidak akan pantas dianggap menjadi guru.
- Guru
tidak hanya
harus menguasai satu atau beberapa disiplin keilmuan yang
harus dapat diajarkannya, ia
harus juga mendapat pendidikan kebudayaan yang mendasar untuk
aspek manusiawinya. Jadi di samping membiasakan mereka untuk mampu
menguasai pengetahuan yang dalam, juga membantu mereka untuk dapat
menguasai satu dasar kebudayaan yang kuat. Jadi bagi
guru-guru juga perlu diberikan dasar pendidikan umum.
- Pendidikan
terhadap guru atau tenaga kependidikan dalam dirinya seharusnya
merupakan satu
pengantar intelektual dan praktis kearah karir pendidikan yang
dalam dirinya (secara ideal
kita harus mampu melaksanakannya) meliputi pemagangan. Mengapa
perlu pemagangan, karena mengajar seperti juga pekerjaan dokter
adalah seni. Sehingga ada istilah yang populer di dalam
masyarakat tentang dokter yang bertangan dingin dan dokter yang
bertangan panas, padahal ilmu yang diberikan sama. Oleh karena mengajar
dan pekerjaan dokter merupakan
art (kiat), maka diperlukan pemagangan. Karena art
tidak dapat diajarkan adalah teknik mengajar, teknik untuk kedokteran.
Segala sesuatu yang kita anggap kiat, begitu dapat diajarkan diakalau
menjadi teknik. Akan tetapi kalau kiat
ini tidak dapat diajarkan bukan berarti tidak dapat
dipelajari. Untuk
ini orang harus aktif mempelajarinya dan mempelajari kiat ini
harus melalui pemagangan dengan jalan memperhatikan orang itu berhasil
dan mengapa orang lain tidak berhasil, mengapa yang satu lebih berhasil,
mengapa yang lain kurang berhasil.